Wahai burungku yang cantik, aku sebagai sangkar takkan pernah rela engkau kepanasan karena sengatan matahari, kedinginan karena tetesan air hujan, dan ditangkap para pemburu liar. Tapi aku juga mengerti, tak selamanya engkau merasa nyaman didalam sangkar ini, suatu saat engkau akan merasa jenuh dan bosan. Ketika kau merasa seperti itu, katakanlah apa yang kau mau, jika kau ingin terbang bebas, aku akan membuka pintu sangkar ini untukmu.
Wahai burungku yang elok, terbanglah setinggi engkau dapat melakukannya, buka kedua sayapmu dan kepakkanlah, rasakan kebebasan yang engkau dapat, kelilingilah seluruh langit, biarkan dirimu bebas menikmati dunia baru. Jika engkau dalam perjalananmu menemukan sangkar yang lebih baik yang bisa membuatmu nyaman dan dapat melindungimu. Dan itu adalah pilihanmu, aku akan turut bahagia . Dari jauh aku akan mendoakanmu, menikmati keindahan dan kecantikanmu, namun hanya satu pintaku, “Jangan pernah kau melupakanku.”
Wahai burungku yang indah, apabila setelah perjalanan panjangmu engkau tak mendapat sangkar yang nyaman untukmu, jangan pernah engkau lupa, pintu sangkar ini selalu terbuka untukmu kapanpun dan sampai kapanpun. Mungkin sangkar ini tak sebaik yang lainnya, dan pasti banyak yang lebih baik. Akan tetapi aku sebagai sangkar akan berusaha semampuku untuk memberikan yang terbaik bagi burungku.
“Dalam hidup tujuan dan hasil bukan yang paling utama, akan tetapi proses dan perjalanan adalah yang paling penting, karena kita akan menemukan hal-hal baru yang akan mengajari kita cara menghargai hidup dan membuat kita lebih dewasa. Dan dari situlah kita mencoba untuk menemukan dan membangun kesempatan untuk berhasil dalam hidup ini.”
Belajar untuk bersyukur meski tak cukup...
Belajar untuk ikhlas meski kadang tak rela...
Belajar untuk taat meski berat...
Belajar memahami meski tak sehati...
Belajar bersabar meski terbebani...
Belajar setia meski banyak godaan...
Comments
Post a Comment