Skip to main content

Dewasa adalah pilihan, tua adalah takdir

Dewasa adalah pilihan, tua adalah takdir
Pada suatu hari seorang  wanita telah mengandung selama Sembilan bulan lamanya, wanita itu dengan suaminya menunggu saat-saat hadirnya anggota baru dalam keluarga mereka. Akhirnya hari itu datang, kedua orang tua itu sangat bersuka cita atas kelahiran putra mereka. Mereka berdoa agar buah hati mereka nanti menjadi orang dewasa yang berguna bagi orang tua, membawa nama baik keluarga, agama, bangsa, dan Negara. Dan yang paling mereka berharap agar kelak anak mereka menjadi anak yang sholeh, amin…
Begitulah harapan para orang tua terhadap anak-anaknya. Tanpa mengenal lelah orang yang kita panggil “ayah” bekerja keras, banting tulang, berangkat pagi pulang malam untuk memberikan nafkah bagi keluarganya. Begitupun orang yang kita panggil “Ibu”, beliau tanpa kenal lelah dan letih dari ketika masih bayi sampai tumbuh dewasa dialah orang yang selalu ada disamping kita. Pengorbanam mereka begitu besar bagi anak-anak mereka. Seorang ayah dan ibu tidak pernah meminta balasan kepada anaknya atas semua usaha dan pengorabanan, hanya satu harapan mereka, kita menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Itulah sebuah realita dalam hidup yang akan terus berjalan sampai kapanpun.
Ketika merenungi hal tersebut, akan keluar berbagai pertanyaan. Bisakah kita menjadi manusia seperti  yang mereka harapkan? Sudah dewaskah diri kita? Bekal apakah yang kita punya?. Sederet pertanyaan itu hanya sebagian kecil dari tumpukan pertanyaan yang harus kita selesaikan  bukan hanya dengan omongan akan tetapi dengan tindakan. Dalam kesempatan ini kita akan sama-sama belajar untuk menjawab salah satu pertanyaan, “Sudah dewasakah kita  untuk manghadapi masalah-masalah dan mengemban tanggung jawab atas semua kepercayaan orang tua kita?”. Sekarang kita adalah mahasiswa, generasi muda yang akan menjadi pilar-pilar penting bagi keluarga, agama dan bangsa kita. Apabila kita berbicara tentang sebuah kata yaitu “Dewasa”. Setiap individu dari kita pasti bisa merasakan, apakah diri kita sudah dewasa atau belum. Ada satu istilah yang menarik untuk kita bahas bersama, yaitu “Dewasa adalah pilihan, sedangkan tua adalah takdir”. Tidak semua orang yang telah mempunyai umur lebih banyak adalah dewasa, dan tidak semua orang berumur muda belum dewasa.  Kita akan dapat  mengetahui seseorang itu dewasa dari tindakan, perbuatan, perkataan dan cara  dia berfikir. Orang yang berfikir dewasa atau tidak, tidak terlepas dari lingkungan dimana ia dibesarkan dan menimba ilmu. Di Negara kita Indonesia ini, sekolah yang mengutamakan pembentukan karakter sangatlah kurang, maka tidak heran jika ada sebagian pelajar atau mahasiswa yang sering tawuran, salah satu sebab karena tidak ada pembentukan karakter yang membuat mereka berfikir lebih dewasa.
Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama membangun krakter kita dan melatih akal kita untuk   berfikir lebih dewasa, karena dewasa itu adalah sebuah pilihan, dan kita yang berhak memilih untuk diri kita sendiri. Kita tidak akan pernah dewasa jika kita tidak berani mencoba melatih diri kita untuk dewasa dalam segala hal. Sebesar keinsyafan kita, sebesar itulah keuntungan yang akan kita dapatkan, mungkin itu salah satu ungkapan yang dapat membuat kita bersama lebih dapat mengintropeksi diri kita    Manusia hanya dapat berusaha dan berdo’a, akan tetapi tuhan yang akan menentukan.

Comments

Popular posts from this blog

Sabar Itu Indah.......

Bersabar diri merupakan ciri orang-orang yang menghadapi pelbagai kesulitan dengan lapang dada, kemauan yang keras, serta ketabahan yang besar. Karena itu, jika kita tidak bersabar, maka apa yang bisa kita lakukan?           Apakah anda memiliki solusi lain selain bersabar? Dan apakah anda mengetahui senjata yang   lain yang dapat kita gunakan selain kesabaran?           Konon, seorang pembesar negeri ini memiliki ladang   gembalaan dan lapangan yang selalu ditimpa musibah; setiap selesai dari satu kesulitan, kesulitan yang lain selalu datang mengunjunginya. Meski demikian, ternyata ia tetap berlindung dibawah perisai kesabaran dan mengenakan tameng keyakinan kapada Allah.           Demikianlah itulah orang-orang mulia dan terhormat bertarung melawan setiap kesulitan dan menjatuhkan semua bencana itu terkapar diatas tanah.    ...

Rasionalitas Hilang Karena Fanatik Dan Benci

Saat ini tumbuh dengan subur... Menghakimi dan curiga tanpa bukti Begitu banyak orang dengan mudah berprasangka buruk dan menghakimi tanpa landasan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan, hanya mengandalkan opini yang berlandaskan memori masa lalu, ego, dan kebencian Mengkritik tanpa solusi Begitu banyak orang yang berkoar. mengecam, mengkritik, dan melawan individu atau kelompok tertentu tanpa memberikan solusi dan jalan keluar Rasionalitas hilang karena fanatik dan benci Begitu banyak orang yang menyukai dan fanatik terhadap individu dan kelompok tertentu, sehingga segala hal yang dilakukan walaupun salah dibela dan dicarikan pembenaran begitupun sebaliknya, Begitu banyak orang yang tidak menyukai atau membenci individu atau kelompok tertentu, sehingga meskipun berbuat baik selalu dicurigai dan dianggap salah Pada akhirnya prasangka buruk dan fitnah bertebaran di setiap tarikan nafas, setiap detak jantung, sejauh mata memandang, seluas kemampuan akal berpikir En...

UNTUKMU BINTANGKU

“Malam ini aku melihat satu bintang hilang dilangit, tapi kuyakin Tuhan akan selalu menjaga bintang itu dan ia akan tetap bersinar dimanapun ia berada, kini dia ada bersamaku, dialah bintangku”. Entah berapa banyak puisi dan syair yang telah kubuat untuk menggambarkan isi hatiku, tak ada yang kurekayasa, semua mengalir bagitu saja, hadir tak diundang dan pergi begitu saja. Namun ketika aku berhasil menuangkan isi hatiku dalam sebuah puisi dan syair aku merasa terlepas dari beban yang ada dalam pikiranku. Mungkin karena itulah aku begitu menyukai puisi, banyak hal aku dapatkan ketika membuat dan membaca puisi, baik tentang pelajaran hidup, persahabatan, dan percintaan. “Hembusan angin malam menusuk seluruh tubuhku, keheningan malam membuat sepi waktuku, cahaya bulan menerangi malamku, gelapnya langit menemani kesendirianku…”. Untukmu bintangku, dalam gelap malamku, engkau selalu hadir disetiap mimpiku, memberikan warna tersendiri dalam hidupku. Dalam keheningan malamku, kau dapat memec...